Sabtu, 31 Juli 2010

Kebohongan Media (Televisi)

TV=Palsu

Dewasa ini, arus informasi hampir nggak jauh beda dengan arus macet di Jakarta dan arus mudik saat lebaran. Selalu ramai, cuma bedanya arus informasi anti kemacetan sedangkan arus macet dan arus mudik punya masalah dengan kemacetan.
Majunya teknologi membuat informasi ini bisa tersebar secara cepat dan bisa diakses oleh siapa saja dan kapan saja. Karena jaman sekarang sudah ada yang namanya internet dan televisi bener-bener menjadi media pertama dengan internet dalam pemberitaan. Namun sempat tersirat dalam pikiran penulis, apakah cepatnya berita yang disajikan itu (fast news/berita cepat saji) benar-benar tepat dan akurat? Karena terkadang, faedah 5W+1H dalam penulisan berita sudah hampir menghilang. Sebagai contoh ketika kita melihat berita penyergapan teroris oleh stasiun televisi swasta beberapa waktu lalu di Magelang, mereka menduga dan bahkan mengatakan bahwa tersangka dalam rumah yang disergap adalah terori kelas kakap Noordin M Top, tapi ternyata justru anak buahnya. Berita yang cepat itu memang bisa bermanfaat namun keakuratannya masih harus dipertanyakan lagi.
Beberapa tulisan di atas, hanya sekedar mengingatkan kita semua aja agar kita lebih kritis dan memahami lagi terhadap sebuah berita yang disajikan, kita tidak bisa menelan itu semua mentah-mentah. Karena objektivitas dalam penulisa berita semakin berkurang, karena tiap media mempunyai kepentingan masing-masing dan tentunya mereka menuju kepada orientasi mereka yakni pasar dan profit.
Jika kita melihat beberapa siaran yang ditayangkan oleh televisi terutama semacam acara reality show, talk show, dan sebagainya. Kita tidak harus menelan semua yang ditampilkan oleh acara tersebut, karena perlu diingat "tidak ada yang asli dalam televisi". Penulis hanya bisa mengelus dada dengan tayangan yang disiarkan oleh televisi, karena benar-benar jauh dari kata mendidik dan masuk akal. Acara-acara reality show seakan sudah tidak real lagi alias layaknya sebuah sinetron yang telah diatur sedemikian rupa, belum lagi acara talk show yang mengundang beberapa tokoh atau pengamat, pada acara tersebut mereka beradu argumen dan nampak permusuhannya agar nampak menarik untuk dilihat namun dibalik kamera toh mereka tetep akur. 
Apakah harus menampilkan seperti itu untuk menarik minat pemirsa televisi? Apakah perlu melakukan hal-hal yang jauh dari kultur kita? Apakah perlu melakukan banyak kebohongan untuk meraih rating dan iklan yang masuk? Kenapa tidak bisa menyajikan sesuatu yang lebih nikmat dan mendidik masyarakat agar menjadi lebih dewasa dan lebih pintar daripada memainkan perasaan pemirsa dengan suguhan acara yang lebih menekankan perasaan emosi dan belas kasihan?
Seharusnya sebagai media, berbohong adalah perbuatan yang terkutuk layaknya perbuatan setan. Namun berbohong di era sekarang seakan sah-sah saja. Pakar Komunikasi Politik UI yang juga aktivis Kompak, memaparkan 5 kebohongan media, yakni ;
  1. Membesar-besarkan atau mengecil-ngecilkan data
  2. Memberitakan yang tidak pernah ada
  3. Tidak memberitakan kejadian yang memang terjadi
  4. Membohongi agenda publik dengan sengaja
  5. Membohongi publik dengan menekankan berkali-kali bahwa mereka sebagai institusi tidak pernah/sedang membohongi publik
Kebohongan media itu memang tidak sepenuhnya diwujudkan oleh media televisi dan media lainnya, namun tidak menutup kemungkinan bahwa kebanyakan media terutama media televisi sedang melangkah ke dalam 5 kebohongan ini. Dimana TV terkadang menghiasi acaranya dengan menjalankan nomor 1-5 dengan baik dan benar.
Kapan kita bisa memperoleh pendidikan yang murah dan gratis dari sebuah media jika mereka terus menampilkan sebuah kebohongan daripada kejujuran?


Minggu, 18 Juli 2010

Ketika Pemenang Ditentukan Melalui Voting

Kalo Milih Hitler Jelas Nggak Perlu Voting

Sekarang era demokrasi, dimana semua mempunyai hak yang sama dan semua juga ditentukan oleh suara terbanyak. Tidak hanya dalam sistem politik atau sistem pemerintah serta kehidupan bermasyarakat, demokrasi ini dijalankan. Bahkan dalam pemilihan pemenang dalam sebuah acara talent show di televisi juga menggunakan sistem demokrasi, yakni ditentukan berdasar suara terbanyak. Kita juga tidak pernah mengerti apakah itu benar-benar pemilihan pemenang berdasar sms atau pemilihan pemenang berdasar pihak penyelenggara? Dimana jika pihak penyelenggara yang memilih pemenang, otomatis mereka tidak hanya memikirkan sms yang masuk, mereka juga memikirkan popularitas yang dimiliki oleh calon bintang yang mengikuti talent show tersebut.

Layaknya calon pemimpin yang dipilih langsung oleh rakyat, apakah keberhasilan mereka menjadi orang yang paling dipilih oleh rakyat karena kualitas yang mereka miliki? Kualitas seperti apa yang mereka miliki sehingga  rakyat memilih mereka menjadi pemimpin? Apakah rakyat telah mengerti calon pemimpin itu luar dalam? Namun sayangnya tidak ada juri yang memberikan komentar dalam pemilihan calon pemimpin ini. Jadi kualitas calon pemimpin masih harus dipertanyakan lagi, mengingat mereka selalu suka lupa kalo uda kepilih.

Tidak jauh berbeda dengan pemilihan pemenang talent show yang diukur dari banyaknya sms yang masuk kepada salah satu peserta tertentu, cuma bedanya peserta ini melewati proses yang cukup panjang dan melelahkan dimana mereka harus selalu menampilkan kualitas terbaik mereka tiap minggunya atau tiap mereka tampil, belum lagi saran dan kritikan dari para juri yang menilai penampilan dan kualitas mereka. Namun sayangnya, lagi-lagi pemenang ditentukan oleh suara terbanyak, dimana orang/peserta yang memiliki kualitas mumpuni jika popularitas tidak mereka miliki toh juga sangat sulit buat mereka untuk menang. Namun panitia penyelenggara tentunya tidak bodoh dalam "menyelamatkan" orang-orang yang punya potensi dan "menenggelamkan" peserta yang prospeknya tidak secerah peserta lainnya. Sebaik apapun kualitas mereka, jika sms tidak mengizinkan mereka menang toh mereka juga harus kalah. Harusnya pemilihan pemenang lebih berimbang porsinya, dimana juri, sms dan pihak penyelenggara mempunyai porsi yang seimbang dalam penentuan pemenang. Namun cukup sulit juga jika profit oriented yang mereka utamakan, bayangkan saja sekali sms dikenakan biaya Rp. 2.000 dikalikan jutaan pemirsa yang mengirim sms. Woowwwww

Memang pemahaman mengenai kualitas tiap orang tentunya tidak sama, dan pemilih juga tidak bodoh dalam memberikan nilai berkualitas pada pilihan yang disediakan. Tapi masalahnya adalah sebuah objektivitas, apakah bisa para pemilih itu memilih berdasar objektivitas bukan subjektivitas? Nah ini juga yang repot, meski pilihannya menampilkan sesuatu yang tidak terlalu baik dan kalah baik oleh peserta lainnya (ini bisa dilihat dari komentar para juri), toh pemilih tetap setia pada pilihannya. Orang akhirnya memilih bukan karena objektivitas atau sesuatu yang ditampilkan (kualitas) oleh pilihan mereka, mereka memilih karena subjektivitas dan bukan menggunakan rasio mereka melainkan lebih kepada perasaan. Memang perasaan nggak bisa bohong, tapi repot juga jikalau menentukan sebuah pemenang hanya didasarkan perasaan.

Semoga kita bisa menentukan pilihan yang memang benar-benar layak dipilih, kita memilih berdasar pikiran kita yang sehat dan pandangan kita yang objektif.

Kamis, 15 Juli 2010

Rinduku Surabaya (Pengen Kucur)

Uenake Rek Kue Kucur

Ada berbagai macam jenis jajanan pasar khas Surabaya, yang terus menerus ditindas oleh modernisasi melalui jajanan yang ada di supermarket dan pasar modern lainnya. Wuihhh, bosone rek, keduwuren cak. Hahaha

Sekarang sudah jarang banget orang jualan klantink, tiwol, gethuk, apalagi yang jualan kucur. Uda semakin jarang bahkan anak-anak kecil jaman sekarang makanya cuma coklat, permen, eskrim dan makanan mahal serta tidak sehat lainnya. Lama-lama, jajanan khas itu menghilang dari peredaran dunia jika para pedagangnya tidak "diselamatkan", membeli dan mencintai jajanan tradisional adalah salah satu upaya penyelematan aset budaya bangsa yang paling berharga.

Setelah jarang pulang ke Surabaya, saya merindukan sosok jajanan khas Surabaya yang selalu saya banggakan yakni KUCUR. Apa itu kucur? saya nggak tahu dari apa aja bahan pembuatannya dan gimana ngebuatnya, pokoknya kucur itu enak dan untungnya jajan itu masih bisa ditemui di pasar tradisional di kota Surabaya. Paling enak itu kucur yang dijual di pasar blauran. Wenakee rekkkkkk, wes ngiler kucur terus iki. Hampir setahun lebih tidak menikmati kucur.

Kucur itu paling enak di bagian terluar yang mengitarinya dan bagian tengahnya, hmmmm. Bagian luar itu layaknya pembatas dalam jajan kucur, dimana rasanya hmm nikmat sekali hingga susah untuk dijelaskan (karena nggak ngerti gimana ngejelasinnya). Selain itu, bagian tengahnya yang kenyal dan manis seakan menjadi puncak kenikmatan ketika memakan kucur. 

Kucur oh kucur, betapa nikmatnya menikmatimu di pagi hari. Kamu akan saya dapatkan ketika saya ada di Surabaya. 

Selasa, 13 Juli 2010

Rinduku Surabaya (Pengen Basket)

Masih Kuat Olahraga

Tak terasa telah 3 tahun aku di Jogjakarta, banyak hal baru yang aku peroleh disini dan banyak kenangan indah di Surabaya yang hanya menjadi sebuah memori yang tersimpan rapi dalam ingatan. Cukup berat juga pada awal meninggalkan Surabaya, selain jauh dari keluarga, teman dan sahabat. Aku juga terpakas nggak ngelatih tim basket sma negeri 9 surabaya, dan nggak bisa lagi maen basket ama temen-temen di its, klub dan temen-temen basket lainnya. Beberapa hal itulah yang pada awalnya membuatku berat melupakan Surabaya, kalo ninggalin mah uda kudu jadi kewajiban. Hhehe
Disaat aku maen basket or ikut latian basket UGM, meski nggak pernah maen di event atau apapun, meski cuma maen-maen biasa di lapangan basket deket rumah atau cuma ikutan latian UGM aja. Tetep aja basket itu bikin aku kangen suasana basket di Surabaya, selain maen basket, guyonan khas arek-arek basket suroboyo memang bikin beda dan betah. Saling olok, saling ungkit masa lalu, saling sikut, dll selalu menjadi bumbu sedap untuk mengakrabkan kita semua. Hhehe
Kapan saya bisa bersenang-senang lagi dengan basket dengan teman lama yang sudah pada berpencar entah kemana, kalo basketan ya jelas pengen basekt di SMA 9 ama adik-adik kelas and temen-temen alumni, maen basket ama temen-temen yang pernah di Mahameru, Peacock, Rajawali dan ITS, pokoknya maen basket ama semua lah.
Pokoknya, kalo ntar uda di Surabaya, harus ada waktu buat basketan ama temen-temen basket. Maen dimana aja terserah deh, yang penting iso dolan basket. Hahaha

Sabtu, 10 Juli 2010

KKN yang unik

Sebagian Kecil Tim KKN-ku

Akhirnya masa itu telah tiba, sebuah masa dimana mahasiswa terjun langsung ke masyarakat untuk  mengabdi dan mengimplementasikan semua ilmunya selama kuliah kepada masyarakat. Biasanya sih, KKN (Kuliah Kerja Nyata) terjadi di wilayah yang masih tertinggal khususnya wilayah pedesaan yang belum terlalu maju dan wilayah yang mempunyai potensi untuk maju.

Awalnya penulis berencana KKN ke lombok timur bersama teman-teman satu kontrakan juga, perencanaan program, rapat dan lain sebagainya dengan tim yang siap berangkat KKN di lombok timur telah terjadi dengan baik dan benar. Namun sayangnya kurang lebih 2 minggu menjelang KKN dimulai, tiba-tiba kepala bapeda lombok timur yang baru, mengcancel acara KKN. Akhirnya tim yang sudah solid itu terpaksa bergabung dengan tema KKN lain yang telah disiapkan oleh UGM.

Penulis pada awalnya sangat ingin KKN di luar pulau jawa, karena bosan di jawa dan ingin mencari suasana baru di luar jawa. Namun karena gagalnya KKN ke lombok timur, berdampak sistemik pada tema KKN yang akan dipilih oleh penulis. Hehehe

Ketika masa pemilihan tema, penulis menemukan tema yang unik dan menggelitik, yakni "Tertib Lalu Lintas di Kampus UGM dan sekitarnya". Faktor lokasi KKN yang dekat tentunya menjadi pertimbangan penulis, namun penulis juga mempunyai misi pada tema ini, yakni agar penulis lebih tertib lagi dalam berlalu lintas, penulis soalnya hoby banget ngelanggar rambu apalagi ngelanggar lampu merah dan hebatnya penulis nggak pernah ketilang euy. Hahaha

Akhirnya berjumpalah penulis dengan tim KKN tertib lalu lintas, namun hingga seminggu awal KKN, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) belum menampakkan batang hidungnya ke tim KKN tertib lalu lintas. Mendengar cerita dari KKN temen-temen yang lain, DPL selalu ada dan mengarahkan mahasiswa tapi di KKN penulis kok DPL nya malah nggak pernah muncul dan belum ngasih pengarahan sama sekali. Wahwah repot juga nih kalo konsep yang telah dirancang tim tidak sesuai harapan, tami tim tatib lalin tetap yakin jika konsep yang telah dibuat adalah jauh daripada bijaksana. Hahaha

Banyak dari temen penulis yang ketawa ketiwi bahkan menyindir penulis terkait KKN penulis. KKN kok ngatur lalu lintas, KKN kok di kota, dan lain sebagaianya. Hahaha. Penulis hanya bisa tersipu manyun mendengar ucapan teman-teman penulis yang penuh perhatian dan kasih sayang itu.Hehehe
Memang unik aja, ternyata masayrakat di perkotaan masih banyak juga yang belum tertib lalu lintas, maka adanya KKN ini tentunya sangat penting dalam kehidupan masayarakat perkotaan ke depannya. Hahaha

Sabtu, 03 Juli 2010

Terinstitusi oleh Pacar

 I Give My Heart To You
Hwaaaaaa cewe mana sih yang ga sebel kalo dicuekin, dijahatin and dikecewain ama pacar? Tapi kenapa kok masih aja banyak cewe yang sayang bahkan lebih sayang meski uda dikecewain ama sang kekasih? Aneh juga sih, malah ada yang uda putus karena digituin, ehh tapi kalo diajak balikan ya mau-mau aja. Huft Fyuh repot juga ya kalo uda sayang dicampur bumbu cinta... Hhaha
Pada tulisan penulis di Kontra Grafis Perasaan (KGP) juga dijelasin dimana semakin lama hubungan berjalan justru si cewe yang makin sayang dan cowo makin cuek aja kadang suka cari masalah dan sok jual mahal. So, jangan heran deh kalo fenomena ini (dikecewain tetep aja sayang n mau aja balikan) selalu ada dalam sebuah hubungan sepasang kekasih yang menjalin cinta dan asmara beserta geloranya. hahaha
Seperti yang ditulis pada awal tadi, kenapa sih cewe kadang masih sayang, kadang mau balik meski uda dijahatin ama sang kekasih? Hanya cewe yang mampu menjawabnya, dan kelemahan (rasa sayang yg lebay) cewe ini lah yang selalu dimanfaatin sang cowo, wahwahwah cowo emang kurang ajar pisan euy, ga tau diri. Hahaha
Baik kita mulai pelajaranya sekarang, mungkin ada beberapa dari kita yang terpaksa masuk sekolah atau kuliah di jurusan yang ga kita suka. Tapi lama kelamaan seiring berjalanya waktu kita akhirnya menyukainya dan bahkan menjadi fanatis atau mungkin tetep g suka dan biasa aja. Atau contoh lain, bisa bayangin kalo kita sudah terlalu nyaman dan terlalu lama terhadap suatu hal misalnya nih kalo kita uda terbiasa pake spatu/baju merk tertentu, tentunya kita agak ogah juga beralih ke merk lain. Ya dari semua itu, secara tidak langsung kita telah terinsitiusi, dimana banyak faktor yang membuat kita terinstitusi.
 Apa sih itu terinsititusi? Ada penjelasan menarik tentang hal ini dari sebuah film yang berjudul “Shawsank Redemption”, film yang berkisah mengenai korupsi di penjara dan kejahatan terhadap napi ini mempunyai penjelasan yang menarik tentang “terinstitusi” yakni pertama kita akan membencinya (penjara), kemudian terbiasa,  dan seiring berjalannya waktu kita akan tegantung padanya. Tak heran jika film itu menjelaskan demikian, karena rata-rata orang yang dihukum di shawsank redemption adalah 20-30th, sehingga mereka tidak mengerti ada apa dan siapa saja di luar hingga mereka lebih memilih hidup di penjara daripada hidup bebas sendirian dengan usia yang renta. Jadi para napi akhirnya terinstitusi oleh penjara karena disana mereka punya banyak teman dan lainnya. Hhaha
Jadi inti daripada terinstitusi adalah, biasa aja atau mungkin membencinya, kemudian terbiasa dengan yang kita benci atau kita anggap biasa aja, seiring berjalannya waktu pada akhirnya kita malah ketergantungan. (kayak misalnya ketergantungan cuci muka tanpa pon*s or sabun cuci muka, rasanya kayak kurang gimana gitu..hhaha)
Sama halnya tidak ingin beralihnya kita pada sebuah merk lain (terinstitusi oleh merk tertentu), atau tidak ingin keluar dari penjara (terinstitusi oleh penjara). Terinstitusinya cewe oleh cowo bisa jadi karena uda terlalu nyaman dan sayang atau sudah lama menjalin hubungan, sehingga si cewe tidak tau menau tentang cowo lain alias belum bisa nemuin yang pas atau sesuai dengan keinginan hati sehingga cewe sangat bergantung pada sang cowo (pacar/mantan) padahal ketika putus atau disia2in pacar, cewe butuh cepat sosok yang bisa membuat hati ini tersenyum. So, meski uda dijahatin or jalan ama cowo lain, toh tetep aja UUM (ujung2nya mantan) bagi yang uda putus dan UUP (ujung2nya pacar) bagi yang belum putus. Hhaha
Yah itulah terinstitusi, pertama mungkin biasa saja/jual mahal (pas dideketin) kemudian terbiasa (uda keseringan di smsin, jalan, twitteran,  tlpn2an, fban, yman, bbman, dll), seiring berjalannya waktu akhirnya ketergantungan deh (jadi gimana gitu kalo g ada dia meski dia suka bikin bete dan sejenisnya). Hhaha
Kalo menurut penulis sih, rugi banget buat cewe yang sudah terinstitusi oleh sang cowo. Kayak ga laku aja neng/non/mbak/jeng/ses. Uda disia-siain, dikecewain, dijahatin, “tapi aku kan masih sayang” ujar sang cewe tersipu manyun. Makan deh itu sayur rasa sayang, harga diri mau ditaruh kemana? Kayak ga laku aja, masih muda masih banyak kesempatan, masa depan masih cerah dan tentunya masih seger bener (hehehe), jangan trauma atau jangan sampe deh rasa kecewa itu menutup hati kalian buat lelaki lain yang bisa lebih baik atau lebih bejat daripada pacar/mantan kalian. Whehehe
Tapi kalo masih sayang dan cinta mati, ya monggo silahkan... jangan sambatan deh kalo digituin lagi dan itu resiko yang harus diterima...