Sabtu, 05 Juni 2010

Masalah di Indonesia Tak Pernah Tuntas


 Lumpur Lapindo sebagai Hiburan Rakyat
Kemarin (27/5) berita di media baik cetak maupun visual ramai memberitakan mantan Menteri Keuangan Sri Mulyani berpamitan untuk melakukan pekerjaan barunya di Amerika yakni menjadi salah satu direktur di bank dunia. Entah harus bangga atau kecewa dengan kepergian Sri Mulyani tersebut? Bangga karena salah satu orang indonesia bisa menduduki posisi prestisius di lembaga internasional, kecewa bukan karena dia tidak mau bekerja untuk indonesia melainkan dia masih harus dimintai keterangan terkait masalah bank century yang semakin lama semakin redup.
Kinerja pansus century selama berbulan-bulan pun tak sekedar cerita film dengan ending yang tidak memuaskan alias sad ending. Yah cukup menyedihkan, karena ending dari film tersebut memberikan sejuta tanda tanya bagi rakyat yang selalu mengikuti perkembangan kasus century itu. Yah beginilah indonesia, selalu tidak pernah sampai tuntas ketika mengusut suatu masalah. Semua serba bisa diputarbalik, yang salah bisa bener dan yang bener bisa salah.
Dan esok adalah 4 tahun bencana lumpur lapindo di sidoarjo, yah apa dikata lumpur terus meluap dan masalah ini terus menguap alias dibiarkan saja. Ribuan nasib rakyat porong tidak jelas akibat terkena dampak lapindo. Pemerintah terkesan tidak ada keseriusan untuk menyelamtkan ribuan rakyatnya, pihak lapindo brantas sebagai yang bertanggung jawab juga pusing dengan keadaan ini. Pusing karena harus mengganti rugi ribuan warga yang terkena dampak lumpur lapindo. Entah disengaja atau karena faktor alam yang jelas pihak lapindo menjadi pihak yang bertanggung jawab atas datangnya musibah itu.
Bencana alam, kasus hukum yang tak kunjung adil, konspirasi di segala lembaga yang ada di indonesia, pemerintah yang acuh dengan rakyatnya, kemiskinan merajarela, pengangguran kian meningkat, kualitas pendidikan kian menurun, dan banyak hal lainnya yang mewarnai negeriku ini. Tapi toh masyrakat masih bisa tertawa dengan segala suguhan yang diberikan oleh televisi. Entah harus sedih atau ikutan ketawa melihat mereka yang terbahak-bahak melihat kebodohan dan kekerasan yang dilakukan oleh aktor di dalam televisi itu. Sedih karena masyarkat seakan sudah pasrah dengan kehidupanya, ketawa karena masyarakat bisa terhibur dan melupakan sejenak keluh kesah dalam kehidupan mereka.
Benar apa yang diutarakan oleh Marx bahwa negara kapitalis adalah negara yang dikuasai oleh kelompok minoritas. Orang kaya adalah kelompok minoritas di negeri ini tapi lihatlah betapa hebatnya kelompok minor ini dapat menguasai kelompok mayor yang notabene adalah orang miskin dan orang yang hidup berkecukupan. Dan parahnya kita mengiyakan keadaan ini dan menganggap ini adalah sebuah kewajaran. Wajar jika memang anda miskin sejak lahir, tidak wajar jika anda dimiskinkan karena sebuah sistem yang ada di sini.
Seperti yang diutarakan oleh teori struktural konsensus dimana ini semua terjadi ya karena memang harus terjadi dan seperti inilah adanya dan kejadian ini sudah berangsur lama dari turun temurun jadi kita harus mengikuti budaya yang demikian. Lain halnya dengan struktural konflik yang menjelaskan bahwa ada sesuatu hal dibalik kejadian ini, mengapa hal ini terjadi? Tentunya kita tidak bisa menerima hal ini seutuhnya, pasti ada sesuatu dibalik hal ini. Ketika sudah diketahui otomatis akan menimbulkan sebuah konflik. Nah ini lah inti daripada teori struktural konflik ini.
Indonesia sebagai negara besar dalam hal SDM dan SDA tapi mengapa kok masih saja negeri ini tidak karuan? Menyedihkan memang, pemerintah dan wakil rakyat tidak peduli dengan rakyat dan rakyat cenderung apatis untuk memikirkan negaranya (hilangnya nasionalisme) serta tidak ada keinginan untuk membangkitkan semangat nasionalisme yakni menumbuhkan semangat untuk menuju indonesia yang maju dan bangsa yang disegani. Yah tapi itu nunggu berapa ratus tahun lagi? Mungkin ketika saya sudah mati baru hal itu bisa terjadi, namun tidak masalah lah setidaknya anak cucuku bisa menikmati kejayaan dari negeri ini.
Jogjakarta, 28 Mei 2010
Menulis ini karena entah apa yang harus diharapkan dari sebuah negeri yang kacau ini? Dibalik penderitaan yang amat sangat ada kegembiraan yang lebih baik. Nah masalahnya uda hampir 414 tahun negeri ini mengalami penderitaan, 350 tahun menderita karena bangsa asing dan 64 tahun menderita karena bangsa sendiri (pemerintahan yang tidak becus).
Sumber Foto :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar