bersama kawan dari Australia
Jadi mahasiswa di kota orang, memang nggak semudah membalikkan telapak tangan. Banyak hal yang harus dipelajari selain di kampus, yakni belajar “aturan main” di kota orang, dan yang terpenting adalah belajar bertahan hidup dari segala bencana kelaparan. hhehe
Banyak kisah menarik tentang kehidupan mahasiswa rantau yang ekonominya pas-pasan layaknya penulis dan beberapa kawan-kawan penulis. Bukan pada masalah tugas kuliah atau dosen yang menjengkelkan. Tapi masalah itu bermula dari perut, yah perut ini seakan tidak bisa diajak kompromi selain disaat bulan ramadhan. hhihi
Karena duit kiriman orang tua yang pas-pasan, nggak tega juga rasanya kalo minta tambahan dan lain sebagainya. Penulis sempat bekerja jadi wartawan dan ngevent pada sebuah koran lokal di Jogjakarta, lumayanlah stabilitas perekonomian penulis saat itu tetap terjaga. Namun apa dikata, selama bekerja (kurang lebih 1tahun) ternyata kuliah pun keteteran dan banyak ilmu di perkuliahan yang tidak terserap. Hal ini cukup mengecewakan mengingat pada dua semester awal, penulis rajin sangat berkuliah dan saat selama dua semester itu penulis hidup nyenyak tanpa mikirin kondisi perut, sebab numpang di rumah sodara. hhehe
Sejak semester tiga hingga sekarang penulis ngontrak bersama kawan-kawan seperjuangan pada masa SMA. Penulis aktif bekerja pada semeser 3-4 dan pada semester itu pula penulis kejatuhan nilai alias IPK turun. Bukan karena nggak bisa ngatur waktu, namun ini karena penulis mempunyai idealisme yang tinggi ketika kuliah yakni say no to nitip absen dan kalo ada tugas tapi kalo nggak ngerti ya nggak dikerjain soalnya penulis males juga kalo tanya ke temen, mesti dibilang, “keasyikan kerja sih” dan kadang ada yang bilang, “Tugasnya apa ya? wah nggak tau soalnya aku sudah ngumpulin”. Entah apa salah penulis, mungkin karena penulis adalah tipe mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang) tapi gapapa deh yang penting nanti nasib penulis lebih baik daripada mereka. amin. hhehehe
Saat bekerja, memang penulis tidak pernah merasakan apa itu kelaparan dan sejenisnya. hhaha. Tapi setelah tidak bekerja, akhirnya penulis mengerti apa itu kelaparan dan bagaimana supaya dapat bertahan hidup alias tetap sehat dengan keuangan yang seadanya. hhaha
Bertahan hidup dengan gaya mencari kerja tambahan sudah pernah terlaksana, namun gimana caranya bisa tetap ‘merdeka’ hanya dengan mengandalkan kiriman orang tua? 300rb/bln kiriman dari orang tua untuk makan, duit bensin, duit listrik, keperluan mandi, dan lain2. Apakah bisa? Alhamdulillah untungnya Jogja ini kota yang murah meriah dalam makan-memakan. hhehe. Disini masih bisa kita jumpai makanan penyetan dengan harga paling mini mulai 2500-3500, tapi lauknya tahu tempe. Kalo pagi penulis kadang makan di sebuah warung, meski hanya berlauk sayur dan telor/perkedel+tempe nggak masalah yang penting cuma habis Rp.4000. hhehe
Tentunya semua makanan itu tanpa minum, biar nampak elegan karena tidak beli esteh/esjeruk. Penulis selalu mesan air putih hangat, soalnya kalo mesen air putih biasa kesannya gimana gitu. hhaha
Penulis memang harus banyak terima kasih terhadap tempe dan tahu, serta para pedagang yang baik banget ama penulis ampe rela dihutangin kadang dikasih porsi lebih, tanpa mereka entah jadi apa perut penulis. hhaha
Terkadang penulis puasa, makan sehari sekali dan maksimal sehari 2 kali. Syukur Alhamdulillah stabilitas perut dan perekonomian penulis terkendali dan kuliahpun semakin maksi dan kembali ke jalur kebenaran sejak semester 5 hingga sekarang (semester 6).
Meski kiriman pas-pasan dan tidak lagi bekerja, Alhamdulillah kuliah lancar, hidup sehat dan ilmu nambah lagi. Sebab waktu yang biasa dipake buat kerja sekarang bisa dibalikin buat baca, nulis, ngerjain tugas kuliah atau ngelakuin aktivitas positif lainnya. hhehe
Banyak cara untuk tetap bertahan hidup tanpa harus makan nasi kucing lauk krupuk atau makan mie goreng (andalan kebanyakan orang disini ketika lagi bokek) . Yang jelas jangan sampai usaha bertahan hidup ala mahasiswa mengganggu perkuliahan mahasiswa yang juga penting buat masa depan mahasiswa. hhehe
Tidak ada komentar:
Posting Komentar