Rabu, 19 Mei 2010

Apa kabar POLRI?

LOGO POLRI


Apa kabar POLRI? Anda semua nampak tersenyum lega karena sudah terlalu sering menangkap teroris dan memberondong mereka dengan peluru meski mereka tidak melakukan perlawanan. Di Aceh anda berperang dengan mereka, di Pamulang anda membunuh antek teroris di warnet, di Magelang anda juga memberondong salah satu pelaku teror di Ritz Cartlon Jakarta, di Sukoharjo anda menangkap banyak juga orang-orang yang anda anggap teroris. Banyak juga aksi kalian ketika menyikat teroris, tapi kok sedikit sekali aksi kalian ketika menyergap koruptor? Ah sudahlah, mungkin anda ini tidak tahu (pura-pura tidak tahu) atau anda juga menikmati uang hasil korupsi itu, hanya Allah yang tahu.
Apa kabar POLRI? Anda ini kok lucu, ketika salah satu orang anda mengungkap semua kejahatan kok anda malah kebakaran jenggot dan memenjarakannya? Bukankah itu bagus? Anda bisa bekerja lebih mudah lagi? Meski dia juga ada salah dengan anda, tapi jika dia banyak info tentang penjahat kan lumayan tuh. Penjahatnya lebih jahat dari teroris, karena penjahatnya ada di lembaga keuangan hingga lembaga hukum makanya terkenal dengan mafia pajak dan mafia hukum.
Saya terkadang heran dengan lembaga peradilan/hukum di negeri ini, mulai dari hakim, jaksa hingga polisi kok semuanya kayak tidak mengerti hukum. Semua sama di mata hukum, tapi kenapa bagi mereka semua tidak sama di mata hukum. Seakan ada beda anatra rakyat kecil dengan rakyat besar (penguasa, pengusaha dan sejenisnya).
Coba dilihat kelakuan aparat negara ini terhadap rakyat kecil yang kebanyakan orang miskin yang diberikan hukuman dengan tegas dan seberat-beratnya jikalau mereka terbukti melakukan tindak kejahatan meski mereka terpaksa demikian hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup dan ingat juga tindakan mereka itu hanya merugikan mereka sendiri dan orang yang dijahatin, lain halnya dengan koruptor yang menyiksa jutaan umat manusia.
Beberapa waktu ini di media banyak pemberitaan mengenai mafia pajak, mafia hukum dan tentunya korupsi yang tiada henti dari dulu hingga akhir hayat. Tapi kenapa lembaga hukum tidak bisa memberikan hukuman yang berat kepada mereka yang jelas-jelas mencuri uang rakyat, melakukan suap, dan menjadi mafia dalam hukum serta pajak? Sungguh aneh tapi nyata, selalu ada berita penyergapan teroris ketika banyak masalah yang lebih penting melanda negeri ini. Media juga terlalu berelebihan dalam pemberitaan penangkapan teroris ini. Selalu diulang dan diulang dan hiperbolis. Ini bisa kita sebut juga dengan pengalihan isu dimana agar penikmat media (yang kebanyakan kapasitas intelektualnya diragukan) bisa beralih dari isu yang sebelumnya santer menekan posisi penguasa kemudian beralih ke isu yang bisa menguatkan atau meningkatkan citra kelompok penguasa dan lembaga terkait (lembaga yang sebelumnya mendapat citra negatif). Belum lagi media juga mengundang pengamat/ahli untuk berkomentar banyak dan macem-macem yang diomongin, kadang tidak sesuai dengan konteks permasalahan dan lagi media terkadang seenak udel melabeli komentator itu dengan pengamat teroris, pengamat politik, pengamat ekonomi dan apa aja deh, tergantung isunya.
Kita juga sering melihat betapa dengan gagah berani dan penuh semangat, POLRI terus memburu teroris meski teroris itu belum melakukan teror atau belum terbukti teroris. Bahkan mereka tidak segan menembak mati orang-orang yang dituduh sebagai teroris itu. Tapi kenapa mereka kok tidak setangguh itu ketika menghadapi masalah korupsi, mafia hukum dan mafia pajak? Sangat lamban sekali bahkan terkesan tutup mata atau bahasa gaulnya cuek aja.
Kalau seperti ini terus, memang tidak pernah bersih lembaga yang ada di negeri ini. Terutama lembaga hukum dan juga POLRI yang kinerjanya sangat memuakkan alias tidak pantas mendapat senyuman.
Jogjakarta, 17 Mei 2010
Ditulis ketika melihat kinerja polri yang hanya bisa menangkap teroris tapi nggak bisa menangkap koruptor. Belum lagi konflik internal polri dengan susno duaji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar